Kamis, 31 Maret 2011

posision manajer on company

The function manager will remain on three things: to mobilize, develop, and utilize resources. However, the "style" and instruments to implement them that will be different.
In this case we will remember talk of "managerial autonomy", which, allegedly, suffered rongrongan due to the emergence of various symptoms, such as: the strong role of government, trade unions, kelompokprofesijawaban to the problem is to change the patterns of authority and organizational structure of the company.




requirement became manager
1. Communicate Clearly & Be careful Communication is a basic component of your success. Rarely is a successful manager if you do not have good communication and effective. Precisely the failure of a manager is usually caused by a problem communicating.
2. Give Information Exactly As a manager, you are a liaison in the corporate data network. You convey information from one point to another and filter the content information appropriately. Communication is a system of liaison from the company and it's you who is responsible for the smoothness.
3. Prepare Mission & Vision Since you are in a position at the front, you must have the best view of the target to be achieved. You decide where the working teams will be directed in achieving corporate goals. With the company's mission and goals, you should be able to sort out and regulate the division of labor within the team.
4. Motivation Give a motivated work team will try to work to achieve the target. Motivation is not just money or compensation, although it also plays an important role. The motivation of the leadership to form the inspiration and create a vibrant working atmosphere, free of intrigue or friction
5. Prioritize & Timing Consider who needs to be encouraged and who are under stress due deadline. Each person feels the most important and toughest pekerjaannyalah. A good manager can exercise discipline in managing time, either for themselves or for their subordinates. You can start by setting your own time and prioritize certain jobs.
6. Monitor Your job is not just divided up the task, explaining the purpose, to motivate everyone, then sit back on the desk while waiting for the final report. You still have to monitor the extent to which subordinates a task that dibebanikan on them, checking whether or not they face obstacles. Thus, you have anticipated from the beginning of the constraints faced and thus the work will be completed on time.
7. Evaluation Every year there's an assessment of the performance of each employee and the value of subordinate performance will be evaluated by the company after getting input from you. The value of achievement is not always as expected by the officers and when this happens, the employee concerned will be disappointed, stress, and not excited. In fact, methods of delivery and approach to the team, may change their view of the assessment given. Avoid judgmental attitudes and approaches do support.
8. Overcome Conflict Conflict makes people become stressed and conflict can occur in any workplace, too. As a manager, you must understand the principles and ways to overcome the conflict. If you manage to reduce the friction that is not productive, then you've facilitate cooperation and that means improving the quality of lives of everyone in the workplace.
9. Develop Skills Demands current team against your team is not necessarily to the demands of the future. You should be able to anticipate future needs and develop appropriate skills. This includes your personal skills and personal skills of team work.
10. Training To achieve the success of team work, you must be observant to see the lack of team work and quickly find solutions to overcome them. For example, by providing training in accordance with the intended target.
11. Clever Putting Yourself There are times where you had to intervene when the men need help and you must be willing and able to do so. Certainly not always, because you yourself have to focus on the tasks and responsibilities that you bear in providing guidance to subordinates. Guide subordinates toward success. Source: Nova

keragaman suku bangsa Indonesia

Pendahuluan
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Bukti Sejarah

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang dimilikinya maka potensi konflik yang dipunyainya juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi pendorong untuk memperkuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dimana sebenarnya konflik itu muncul dari isu-isu lain yang tidak berkenaan dengan keragaman kebudayaan. Seperti kasus-kasus konflik yang muncul di Indonesia dimana dinyatakan sebagai kasus konflik agama dan sukubangsa. Padahal kenyataannya konflik-konflik tersebut didominsi oleh isu-isu lain yang lebih bersifat politik dan ekonomi. Memang tidak ada penyebab yang tunggal dalam kasus konflik yang ada di Indonesia. Namun beberapa kasus konflik yang ada di Indonesia mulai memunculkan pertanyaan tentang keanekaragaman yang kita miliki dan bagaimana seharusnya mengelolanya dengan benar.
Peran pemerintah: penjaga keanekaragaman
Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan daerah.
Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional, dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu. Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan” kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.
Menjaga keanekaragaman budaya
Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.
Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.

sumber : http://prasetijo.wordpress.com/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/

daerah berpotensi di Indonesia

Siak

Kabupaten Siak terletak pada posisi 1016 30 LU sd 0020 49 LU dan 100054 21 BT sd 102010 59 BT. Kabupaten Siak mempunyai luas 8.556,09 Km2 dengan batasan wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkalis, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan, sebelah Timur dengan Kabupaten Bengkalis Pelalawan, Sebelah Barat dengan Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru. Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa rawa atau tanah basah.
Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 250 320 Celsius.

Selain dikenal dengan Sungai Siak yang membelah wilayah Kabupaten Siak, daerah ini juga terdapat banyak tasik atau danau terbesar di beberapa wilayah kecamatan, Tasik atau danau ini yang apabila dikembangkan dengan serius akan menjadi suatu objek wisata yang menarik. Akhir Tahun 2005 wilayah Kabupaten Siak telah dimekarkan dari 11 Kecamatan menjadi 13 Kecamatan, dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Siak dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Siak dan Mempura, Kecamatan Dayun, Kecamatan Bunga Raya, Kecamatan Sungai Mandau, Kecamatan Sungai Apit dimekarkan menjadi 2 kecamatan Sungai Apit dan Sabak Auh, Kecamatan Minas, Kecamatan Kandis, Kecamatan Kota Gasib, Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamatan Lubuk Dalam.

Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.
Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatra Selatan.
PANTAI TANJUNG PESONA
Pantai ini terletak di Desa Rambak, Kecamatan Sungailiat. Berjarak 9 km dari kota Sungailiat. Pantai ini berada ditengah tempat antara Pantai Teluk Uber dan Pantai Tikus. Pantai ini mempunyai panorama laut lepas, diatas tanjung dengan bebatuan yang besar. Pantai ini juga telah dilengkapi fasilitas wisata, dengan klasifikasi hotel berbintang tiga
PANTAI PARAI TENGGIRI
Pada awalnya, masyarakat sungailiat menyebut pantai ini sebagai pantai Hakok, kmudian sebagai pantai Tenggiri. Pantai Parai merupakan pantai paling indah dideretan pantai timur Pulau Bangka. Sejak dulu ketika masih disebut Hakok, pantai ini merupakan kawasan yang paling digemari untuk dikunjunggi oleh masyarakat setempat. Bebatuan yang banyak terdapat di pantai ini, bagaikan sebuah dekorasi alam yang sangat indah. Pantai ini memiliki sebauh resort dengan hotel bintang 4 yakni parai beach resort. Merupakan satu-satunya kawasan tujuan wisata pantai bertarap internasional yang patut dibanggakan dipulau bangka. Hampir semua fasilitas tersedia, mulai dari akomodasi, restauran, bar and grill, café, kolam renang, bahkan sport and leisure.Di ujung kiri pantai, terdapat sebuah gugusan bebatuan yang di tata dengan apik dan di namakan Rock Island. Pada malam hari, pengunjung dapat bersantai sambil menikmati hidangan lezat dan minuman bar, sambil mendengarkan deburan ombak yang menerpa bebatuan tanpa henti. Akses menuju ke sana melalui sebuah jembatan dengan penerangan lampu di sepanjang tepi kanan dan kirinya. Pengunjung dapat berjalan kaki menuju ke Rock Island sambil menikmati pemandangan laut dan riakan ombak.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7109817
http://regionalinvestment.com/newsipid/commodityarea.php?ia=1405&ic=103

Senin, 28 Maret 2011

seperti apa

seperti apa wujud dari cinta itu
apa sebuah kebersamaan dan belaian lembut?
apa sebuah kata-kata manja?
apa hanya dengan ucapan sayang?

bagaimana racun itu bisa menyebar di bilik-bilik jantung
mengallir di seluruh tubuh dengan darah
racun yang indah namun menyayat
terasa hingga sepanjang waktu

kemana rasa itu yg slama ini berada di sini
hanya seperti hujan, yang datang sementara
hanya seperti matahari yg menyinari di siang hari
ketika malam datang dia pergi

tak ada yg kekal...
hati ini sakit sekali
jika air di dunia ini d jadikan tinta
tak kan berhenti q menulis rasa sakit ini di setiap dinding-dinding alam
memberikan tanda sesakit p hati ini


ketika berakhir semua seperti halnya sungai yg mengering karena kemarau
q harus melepas semuwanya demi sesuatu yg harus q dapat
yaitu masa depan...
harus q tahan perih ini untuk sementara...
tak ingin melukai cinta tulus rahim ibu
kan q jalani semua susah sakit dan luka-luka yg sulit disembuhkan

demi pintu msa depan untuk membhagiakan yg membesarkan q
tak kan q main-main dengan dunia ini
semua hanya sementara
tapi kasih yg membesarkan sampai mati

kasih

begitu besar kasih sayang allah kepada hambny, semua jalan selalu d berikan.begitu juga dg q...allah memberikn 2 gadis yg q cinta, namun trnyt mreka hnylah menghncrkn q.tpi q sadar mungkin ini adalh karma yg hrus q terma dri semua kslhn q d mslalu kpd hati kaum hawa.sekaligus pelajran hidup agr q lebh jeli meniti gads n mungkn ni saatny jeda untk memkrkn cinta..mentup rapt hati ini n membekukn sekeras2ny.
Biarkn semua berjaln beriring dg waktu...n smw akan terjawb oleh sang waktu.

budaya indonesia

Masyarakat Indonesia di Munich, bekerja sama dengan Karstadt --sebuah pusat belanja terkenal di Jerman-- sejak 26 Februari–17 Maret 2007, melakukan promosi budaya Indonesia.

Karstadt, yang melakukan promosi guna menarik pengunjung dengan tema "Die Stadt wird Exotisch", sebagaimana dilaporkan kontributor Gatra.com di Munich, Jerman, Nieza Graha, Kamis (8/3), memilih budaya Indonesia sebagai pendukung utama programnya itu.

Maka, pakaian adat warna-warni dari berbagai daerah di Indonesia pun tampil menyemarakkan pusat belanja tersebut. Kelompok masyarakat Indonesia di Munich yang dimotori Susan dan Christian Ilham Vogt itu juga menampilkan peragaan busana pakaian daerah, tarian tradisional berbagai daerah, yang diiringi alat musik daerah.

Angklung, sebagai salah satu alat musik tradisional Indonesia, membuat kagum banyak pengunjung. Mereka bertanya-tanya, bagaimana bisa bilah-bilah bambu dapat menghasilkan irama yang harmoni, menyanyikan lagu-lagu Indonesia yang dibawakan kelompok itu.

Wayang kulit dan adat budaya perkawinan dari berbagai daerah juga turut memeriahkan penampilan masyarakat Indonesia di Munich.

"Kami bangga mendapat kesempatan memperkenalkan budaya Indonesia kepada orang-orang di kota Munich ini. Banyak orang yang melihat penampilan kami, ternyata belum pernah mengenal budaya Indonesia sebelumnya," ungkap Tiwi, salah seorang pendukung acara itu.

sumber : http://grahaonline.multiply.com/reviews/item/1

Sabtu, 26 Maret 2011


Semakin hari kisah dan cerita mulai tercipta
bersamamu...
Meskipun waktu selalu membatasi kita
Aku selalu tunjukkan sayangku untukmu
Slalu mengkwatirkan berjalan sendiri
Tak ingin sedikitpun tanganmu terluka
Ingin slalu disampingmu dan menjagamu
Tak inginkan kamu lepas dari mataku
Membelai rambutmu slalu aku mau
Karena itu tanda hatiku...
Dengan membelaimu itu adalah kelembutan
dari hati...


Sekian lama berdiri bersebelahan
Menyapa dan mengetuk pintumu
Sering pula aku mendengar panggilan namamu
Namun aku tak pernah tau pemilik nama itu
Ada ciptaan-Nya yang tersimpan dalam rumah itu.
Ciptaan yang setelah waktu itu...
Setelah pagi itu... Setelah malam itu...
Dan setelah semuanya lama...
Pernah ku mengintipmu...
Namun dirimu tak pernah memperdulikan
Tak pernah tau bagaimana aku melihatmu
dan tak pernah tau bagaimana caranya
Aku tersenyum padamu...
Tertawa, bercanda, menangis, sebelum aku tau...
Semua itu tak pernah aku tau...


Hari itu telah tiba...
Hari dimana kedua tangan saling berjabat
dan saling memberi tau...
Hari yang tak pernah sedikitpun terlintas
di benakku...
Hari yang ku anggap tak akan mungkin ada
Dan tak kan pernah terjadi...
Saat itu hanya kebingungan yang kurasa.
Dan mata ini yang dipenuhi tanda tanya
Masih tak memahami hari itu...
Aku hanya khayalan belaka
Hanya melihatnya... Melihatnya lagi...
Seakan tak bisa menyusun sebuah kalimat
Namun dengan selalu menerka tangannya
Tuk menyambut salam dariku...


Aku memulai belajar berbicara denganmu
Tanpa melihatmu, hanya lewat udara
Mencoba bertanya tentang hal yang tak penting
Meraba- raba apakah kamu masih membuka tanganmu
Ternyata ku salah menduga...
Tak terjawab pertanyaan untukku
Tak ku lihat kata- kata itu
Karena ku tau telah banyak kata indah untukmu
Dan tak mungkin kau pedulikan aku...
Mulai redup keinginanku tak bertanya lagi padamu
Rasanya tak ingin lagi aku bertanya.
Tak ingin lagi mendengar suaramu
Dan menutup semuanya kembali
Karena ku t'lah menutup sebelum kamu.